BERFIKIR KRITIS BAGI TENAGA KESEHATAN
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
CRITICAL THINKING
BAGI TENAGA KESEHATAN
OLEH : YUYUD WAHYUDI,MNS
A. LATAR BELAKANG
Semakin berkembanganya ilmu kesehatan, tenaga kesehatan semakin dituntut untuk memberikan pelayanan yang lebih baik dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Tenaga kesehatan mempunyai kontribusi yang sangat menentukan kualitas pelayanan di rumah sakit, sehingga setiap upaya harus dilakukan dengan baik dan benar agar dapat meningkatan pelayanan kesehatan.
Profesi kesehatan sebagai profesi dan tenaga profesional bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Tenaga kesehatan memiliki peran penting dalam pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan juga merupakan profesi yang pada umumnya akan memberikan pelayanan yang konstan dan terus menerus selama 24 jam kepeda pasien setiap hari.
Dalam menjalankan tugasnya seorang tenaga kesehatan akan dihadapkan dalam situasi klinis yang mungkin berkaitan dengan pasien, keluarga pasien dan tenaga kesehatan lainnya.
Dalam situasi tersebut tenaga kesehatan penting mengembangkan kemampuan rkritis dalam menyelesaikan masalah yang menyangkut pasien, keluaga pasien dan tenaga medis lainnya dengan cara efektiif, percaya diri, berpikir terbuka dan kreatif.
Pelayanan kesehatan didasarkan pada pendekatan pengambilan keputusan yang dapat ditingkatkan dengan cara berpikir kritis. Dalam kesehatan berpikir kritis adalah keterampilan berpikir tenaga kesehatan menguji berbagai alasan secara rasional sebelum mengambil keputusan dalam asuhan kesehatan.
Berpikir kritis merupakan komponen yang penting dalam kesehatan dikarenakan semakin kompleksnya pengambilan keputusan dalam pemberian pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah klien sehingga tidak menimbulkan resiko yang dapat merugikan klien.
Di era sekarang masih tenaga kesehatan belum sepenuhnya dapat berpikir kritis dalam menangani situasi klinis di rumah sakti sehingga tidak jarang masih ditemukan kesalahan-kesalahan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Untuk mewujudkan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan dengan cara berpikir kritis maka dibutuhkan penerapan sub skill dalam berpikir kritis sehingga ketika tenaga kesehatan sudah mampu berpikir kritis maka pelayanan kesehatan juga akan semakin meningkat.
DEFINISI BERFIKIR KRITIS
² Berpikir kritis adalah salah satu kegiatan yang memerlukan ide-ide serta gagasan yang cepat dalam melakukan penilaian dan analisa rasional serta merumuskan kesimpulan dan membuat keputusan (Potter, Graffin, 1997).
² Menurut Bandman (1998) berpikir kritis adalah pengujian yang rasional terhadap pengaruh, asumsi ,ide, prinsip, pernyataan, keyakinan dan kreativitas.
KARAKTERISTIK BERFIKIR KRITIS
Adapun karakteristik berpikir kritis diantaranya adalah sebagai berikut :
² Konseptualisasi, yaitu proses intelektual yang membentuk suatu konsep dan merupkan pemikiran abstrak yang digeneralisasi secara otomatis menjadi symbol dan disimpan dalam otak.
² Berpikir adil dan terbuka, yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah menjadi benar dan lebih baik
² Rasional dan beralasan, yautu argument yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat dari fakta.
² Reflektif, seorang pemikir kritis akan selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapkan itu lebih baik atau lebih buruk.
² Bagian dari satu sikap, yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir kritis.
² Kemandirian berpikir, yaitu seseorang yang berpikir kritis akan selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima pemikiran dan keyakinan orang lain.
² Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan, berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan.
PROSES BERFIKIR KRITIS
² Berpikir kritis juga membutuhkan beberapa proses intelektual aktif yang esensial dalam pengumpulan data, pengambilan keputusan, penyusunan prioritas, penyelesaian masalah dan perencanaan asuhan kesehatan.
² Proses ini meliputi :
1. Berpikir rasional, logis dan beralasan yaitu pembuatan hubungan antara bukti solid, observasi dan fakta.
2. Berpikir reflektif yaitu, meluangkan waktu untuk meneliti dan menganalisa data yang secara akurat mengidentifikasi masalah pasien dan akhir kesehatan yang diinginkan.
3. Berpikir otonomi yaitu, berpikir dengan sendiri, tidak hanya menerima atau dapat memanipulasi oleh pandangan lain.
4. Berpikir kreatif yaitu, kemampuan untuk membina hubungan, mentransfer informasi kedalam situasi baru atau merancang pilihan alternative danmenemukan penyelesaian dalam masalah.
5. Memutuskan konklusi dan tindakan yaitu, dapat menganalisis dan mengevaluasi buktibukti ,membandingkan pilihan menimbang kerugian dan resiko
MANFAAT BERFIKIR KRITIS
Berfikir kritis mempunyai manfaat yang sangat penting bagi tenaga kesehatan dimana manfaat itu diantaraanya yaitu,
² Keakuratan dalam mengidentifikasi dan merumuskan masalah kesehatan
² Ketepatan dalam menguji asumsi yang berkembang dalam bidang kesehatan,
² Ketepatan dalam membedakan sejumlah fakta dan isu / asumsi dalam kesehatan,
² Memperoleh alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.
“ Keluarga pasien yang sedang dalam keadaan panik mendekati anda dan melontarkan beberapa pertanyaan dengan nada tinggi kepada anda “
Tentukan sikap anda!!! dan kenapa???
APLIKASI BERFIKIR KRITIS BAGI TENAGA KESEHATAN
Tenaga kesehatan harus menggunkan keterampilan berpikir kritis dalam pelayanan kesehatan. Walaupun pada pelaksanaannya setiap pasien memiliki karakteristik yang berbeda, unik dan dinamis.
Faktor keunikan yang dibawa pasien dan tenaga kesehatan daalam situasi perawatan harus dipertimbangkan, dikaji,dianalisis dan diinterpretasi sehingg tenaga kesehatan dituntut untuk berpikir kritis.
Selanjutnyaberpikir kritis terdiri atas enam sub skill dan aplikasinya dalam kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Interpretasi yaitu proses memahami dan menyatakan makna atau signifikan variasi yang luas dari pengalaman, situasi, data, peristiwa, penilaian, persetujuan, keyakinan dan aturan yang terjadi dalam praktek sehari - hari di layanan kesehatan
2. Analisis yaitu proses mengidentifiksi hubungan antara pernyaataan, pernyataan, konsep, deskripsi,atau bentuk representasi lainnya dalam tiap kasus yang ditemui.
3. Inferensi yaitu proses mengidentifikasi dan memperoleh unsur yang dibutuhkan untuk menarik kesimpulan dari kasus yang ditemui.
4. Evaluasi yaitu proses pengkajian kredibitas, pernyataan atau refretensi yang menilai atau menggambarkan persesi, pengalaman, situsi, penilaian, keyakinan atau opini seseorang.
5. Eksplanasi yaitu, suatu kemampuan untuk mempresentasikan hasil penilaian seseorang dengan cara meyakinkan dan koheren dalam penyelesaian kasus yang terjadi
6. Pengontrolan diri yaitu kesadaran untuk memantau aktivitas kognitiv sendiri, unsur yang digunakan dalam aktivitas tersebut , dan hasil-hasil yang dikembangkan terutama melalui penggunaaan keterampilan dalam menganalisis,mengevaluasi penilaian inferensial seseorang dengan suatu pandangan melalui pengajuan pertanyaaan, konfirmasi, validasi atau pembetulan terhadaap hasil penilaian seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Deniati,K, Anugrahwati & Suminarti. (2018). Pengaruh berpikir kritis terhadap kemampuan tenaga kesehatan pelaksana dalam melakukan asuhan kesehatan di RS Hermina bekasi. Jurnal kesehatan holistic, 12, 21-25.
2. Deswani. (2009). Proses kesehatan dan Berpikir kritis. Jakarta : Salemba medika.
3. Feng at.,all. (2010). Critical thinking competence and diposition of clinical nurse in a medical center. Journal of nursing rearch,18(2), 77-8.
4. Hamid, Kusman Ibrahim. (2017). Pakar Teori kesehatan. Singapore : Elsevier.
5. Hidayat, Aziz Alimul. (2007). Konsep Dasar kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
6. Mulyaningsih. (2013). Peningkatan perilaku caring melalui kemampuan berpikir kritis tenaga kesehatan. Jurnal Manajemen kesehatan, 1(2), 100- 106.
7. Potter & Perry. (2017). Buku Ajar Fundamental kesehatan. Jakarta : EGC.
8. Potter & Perry. (2009). Fundamental Of Nursing . Jakarta: Salemba Medika.
9. Riyadi,S. (2010). kesehatan Pofesional. Yogyakarta : Gosyen
10. Rubenfeld,M,Gaie. (2006). Berpikir Kritis Dalam kesehatan. Jakarta. EGC.
11. Rubenfeld, M,Gaie. (2010). Berpikir Kritis Untuk tenaga kesehatan.:Strategis Berbasis Kompetensi. Jakarta : EGC
12. Satriyanti, Y, mulyadi. (2019). Analisis faktor-faktor penerapan berpikir kritis tenaga kesehatan dalam melaksanakan asuhan kesehatan di RS. Jurnal kesehatan Reflesia, 1, 21-32.
13. Sudono,B, Dhani,Ds.( 2017).Gambaran kemampuan berpikir kritis tenaga kesehatan primer dalam pelaksanaan asuhan kesehatan di Rs Islam Surakarta. Jurnal kesehatan Indonesia,10, 79- 105
14. Swanburg, Russel C. (2000). Pengantar Kepemimpinan Dan Manajemen kesehatan Untik Peraawat Klinis. Jakarta: EGC
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar